Sabtu, 05 Maret 2016

NASIHAT INDAH TENTANG BERJILBAB

Assalamu'alaikum
Sobahal khoir..
Selamat pagi sahabat ZEN :)

***Inspirasi  Dan Motivasi Muslimah***

 
NASIHAT INDAH TENTANG BERJILBAB

Segala yang Allah jadikan berharga di dunia ini, semuanya disembunyikan dan sulit dijangkau.
Dimana engkau menemukan permata?
Jauh di dalam tanah, tersembunyi dan terlindungi.
Dimana engkau menemukan mutiara?
Jauh di dalam samudera, tertutup dan terlindungi oleh cangkang yang indah.
Dimana engkau menemukan emas?
Jauh di dalam tambang, tertutup oleh berlapis-lapis batuan.
Engkau harus berusaha keras untuk mendapatkan mereka.
Tubuhmu suci, engkau lebih berharga dibandingkan dengan permata dan mutiara.
Dan dirimu (tubuhmu) harus ditutupi juga.

(Nasihat Muhammad Ali kepada Putrinya)

Hijab yang diulur karena Allah itu sederhana, bukan karena ingin dipuji manusia dan bukan karena mengikuti trend semata.
Berhijab adalah tanda taat dan malu seorang muslimah kepada Allah.
Muslimah berhijab belum tentu hatinya baik dan mengerti banyak hal tentang agama. Namun, muslimah yang hatinya baik dan mau terus belajar memperbaiki diri pasti mau berhijab. Karena berhijab adalah sebuah kewajiban bagi seorang muslimah.
Yakinlah... Jika kita melakukan sesuatu karena Allah maka Allah akan berikan pertolongan, kekuatan dan kemantapan berhijrah ke arah yang lebih baik.
Taat tanpa tapi, berhijab tanpa nanti.

~My Hijab, My Identity~
@zenhijab

Like us on Facebook www.facebook.com/zenhijab
Follow us on Twitter / Instagram @zenhijab
Visit us on www.zenhijab.blogspot.co.id

Selamat beraktivitas !
Semoga sukses :)

Jumat, 31 Juli 2015

Ayo Menulis !



 
Inspirasi dan motivasi adalah sumber kekuatan yang mampu membuat kita berhijrah kepada suatu keadaan yang lebih baik.
Inspirasi bisa kita dapatkan dari kisah inspiratif seorang tokoh atau orang-orang disekitar kita.
Bahkan sebuah tulisan fiksi sekalipun akan mampu menjadi sebuah sumber inspirasi dan motivasi.
Tulisan fiksi berupa novel atau cerpen bisa jadi mampu menggerakkan kita untuk meneladani sisi positif dari cerita yang disampaikan oleh penulis.
Betapa bahagia dan bangganya menjadi penulis yang mampu menginspirasi dan memotivasi banyak orang lewat tulisan. Betapa bahagianya ketika mampu menjadi penulis yang dapat memberikan pencerahan kepada pembacanya. Betapa bahagianya ketika kita bisa menulis dengan hati dengan niat berbagi tanpa ada maksud menggurui. Dengan tulisan kita akan meninggalkan karya yang akan diingat oleh orang lain. Siapapun bisa menjadi penulis, selama kita memiliki niat dan motivasi yang kuat. Semoga kita selalu bersemangat menjadi generasi yang dapat menuangkan ide dalam bentuk tulisan yang bermanfaat.
Menulislah dari sekarang dan lihat apa yang akan terjadi !


Oleh: Zenik

Kamis, 16 Juli 2015

Ucapan Selamat pada Hari Raya Idul Fitri yang Sesuai Ajaran Rasulullah



Bagaimana ucapan selamat pada Hari Raya Idul Fitri yang benar?


Dari minal aidin wal faizin sampai ke taqobbalallahu minna wa minkum
 
a) Minal ‘Aidin wal Faizin, Mohon Maaf Lahir dan Batin
Ucapan yang tersebar di Indonesia, “Minal aidin wal faizin.” Ucapan ini tidak diriwayatkan dari para sahabat maupun ulama setelahnya. Ini hanyalah ucapan penyair di masa periode Al-Andalusi, yang bernama “Shafiyuddin Al-Huli”, ketika dia membawakan syair yang konteksnya mengkisahkan dendang wanita di hari raya. (Dawawin Asy-Syi’ri Al-‘Arabi ‘ala Marri Al-Ushur, 19:182)
 “Minal ‘Aidin wal Faizin” Arti dari ucapan tersebut adalah “Kita kembali dan meraih kemenangan”. Ini suatu kalimat yang rancu. Kita mau kembali ke mana? Apa pada ketaatan atau maksiat? Jika mengandung dua makna seperti ini hendaknya ditinggalkan. 

Satu hal lagi yang mesti dipahami, makna “Minal ‘Aidin wal Faizin” adalah sebagaimana yang kami sebutkan di atas. Dan bukan maknanya adalah “Mohon Maaf Lahir dan Batin”. Setiap kali ada yang ucapkan “Minal ‘Aidin wal Faizin” lantas diikuti dengan kalimat “Mohon Maaf Lahir dan Batin”. Dikira artinya adalah kalimat selanjutnya. Ini sungguh keliru. Ini pemahaman orang yang tidak paham bahasa Arab. Semestinya hal ini diluruskan. Makna kalimat “Minal ‘Aidin wal Faizin” adalah “Kita kembali dan meraih kemenangan”. Namun sebagaimana diterangkan di atas, dari sisi makna kalimat ini keliru. Sehingga sudah sepantasnya kita hindari. 

Mohon Maaf Lahir Batin 

Satu catatan pula yang mesti diperhatikan, tidak ada pengkhususan di Idul Fithri untuk saling maaf memaafkan. Semacam sering kita dengar tersebar ucapan “Mohon Maaf Lahir dan Batin” saat Idul Fithri. Seolah-olah saat Idul Fithri hanya khusus dengan ucapan semacam itu. Ini sungguh salah kaprah. Idul Fithri bukanlah waktu khusus untuk saling maaf memaafkan. Waktu untuk saling memohon maaf itu luas. Ketika berbuat salah, langsung meminta maaf, itulah yang tepat. Tidak mesti di saat Idul Fithri. Karena jika dikhususkan seperti ini harus butuh dalil dari Al Qur’an dan Al Hadits. Buktinya, tidak ada satu dalil yang menunjukkan seperti ini.

b)  Taqobbalallahu minna wa minkum
 
Lafal ucapan selamat Idul Fitri yang disarankan para ulama
Dari Jubair bin Nufair; beliau mengatakan, “Dahulu, para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, apabila saling bertemu pada hari raya (Idul Fithri atau Idul Adha, pen) saling mengucapkan, “Taqobbalallahu minna wa minkum” (Semoga Allah menerima amal kami dan amal kalian). (Sanadnya hasan; Fathul Bari, 2:446)

Ibnu habib mengatakan, “Yang semisal dengan ini adalah ucapan sebagian orang ketika id,
مُبَارَكٌ عِيدٌ (Id yang diberkahi), أَحْيَاكُمُ (Semoga Allah memberi keselamatan bagimu), dan semisalnya. Tidak diragukan, bahwa ini semua diperbolehkan.” (Al-Fawakih Ad-Dawani, 3:244)
Imam Malik ditanya tentang ucapan seseorang kepada temannya di hari raya, “Taqabbalallahu minna wa minkum,” atau “Ghafarallahu lana wa laka.” Beliau menjawab, “Saya tidak mengenalnya dan tidak mengingkarinya.” (At-Taj wal Iklil, 2:301)

Syekhul Islam mengatakan, sebagai jawaban atas pertanyaan yang ditujukan kepada beliau, “Ucapan selamat di hari raya antara satu sama lain setelah shalat id (taqabbalallahu minna wa minkum atau ahalallahu ‘alaika dan semacamnya) maka ucapan ini diriwayatkan dari beberapa sahabat bahwa mereka melakukannya. Sebagian ulama, seperti: Imam Ahmad dan yang lainnya, juga memberi keringanan ….” (Majmu’ Fatawa, 5:430)

c)  Hukum mengucapkan selamat hari raya
 
Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin rahimahullah ditanya, “Apa hukum mengucapkan selamat hari raya? Lalu adakah ucapan tertentu kala itu?”
Beliau rahimahullah menjawab, “Ucapan selamat ketika hari raya ‘ied dibolehkan. Tidak ada ucapan tertentu saat itu. Apa yang biasa diucapkan manusia dibolehkan selama di dalamnya tidak mengandung kesalahan (dosa).”

Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah ditanya, “Apa hukum jabat tangan, saling berpelukan dan saling mengucapkann selamat setelah shalat ‘ied?”
Syaikh rahimahullah menjawab, “Perbuatan itu semua dibolehkan. Karena orang-orang tidaklah menjadikannya sebagai ibadah dan bentuk pendekatan diri pada Allah. Ini hanyalah dilakukan dalam rangka ‘adat (kebiasaan), memuliakan dan penghormatan. Selama itu hanyalah adat (kebiasaan) yang tidak ada dalil yang melarangnya, maka itu asalnya boleh. Sebagaimana para ulama katakan, ‘Hukum asal segala sesuatu adalah boleh. Sedangkan ibadah itu terlarang dilakukan kecuali jika sudah ada petunjuk dari Allah dan Rasul-Nya”

Dari penjelasan di atas, berarti ucapan selamat hari raya bisa dengan ucapan “Taqobbalallahu minna wa minkum”, “Selamat Hari Raya”, dan lainnya. Ucapan “Taqobbalallahu minna wa minkum” pun tidak dikhususkan saat Idul Fithri, ketika Idul Adha dianjurkan ucapan semacam ini sebagaimana kita dapat melihat dalam penjelasan berbagai riwayat di atas.


Sumber:
1    1) Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal dalam Artikel www.muslim.or.id
      2) Ustadz Ammi Nur Baits dalam artikel www.KonsultasiSyariah.com