Kamis, 30 Juni 2016

Iman Tak Dapat Diwariskan, Tapi Harus Dicari dan Diusahakan



                                      Sumber: Facebook Fanspage Ustadz Felix Siauw


                                           Sumber: Google Image

Terkadang kita menyalahkan kepada ustadz, kyai, atau kedudukan ayah sebagai orang yang berpegaruh dalam agama di masyarakat, kenapa kok bisa anaknya tidak menggambarkan sosok orangtuanya. Atau sebaliknya anaknya sholeh tapi ayah atau orangtuanya kontras dengan kesholehan anaknya. Kalau kita paham hakikat iman, bahwa ia tidak dapat diwarisi tetapi harus dicari dan diusahakan dengan beramal shalih maka kita takkan menyalahkan mereka.
Allah berfirman:
“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS. Qashash: 56).
Beberapa contoh kisah para nabi  menunjukkan bahwa selevel nabi saja tidak mampu mengajak anggota keluarganya masuk Islam dan beriman.
Anak nabi Nuh durhaka kepada Allah dan menentang ajaran ayahnya sendiri. Ayahnya tidak mampu mewariskan iman kepada anaknya tersebut. sampai akhirnya buah hatinya mati bersama kaum yang durhaka.
Allah juga berfirman tentang keingkaran Azar ayah Nabi Ibrahim ’alaihis-salaam:
Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka, tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri dari padanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun” [QS. At-Taubah:114].
Dan Allah pun berfirman tentang istri Nabi Luth sebagai orang yang dibinasakan oleh adzab Allah:
Kemudian Kami selamatkan dia dan pengikut-pengikutnya kecuali isterinya; dia termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan). [QS. Al-A’raf : 83].
Tidak terkecuali hal itu terjadi pada kedua orang tua Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam. Mereka berdua – sesuai dengan kehendak kauni Allah ta’ala – mati dalam keadaan kafir. Hal itu ditegaskan oleh beberapa nash di antaranya :
Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahanam” [QS. At-Taubah : 113].
Sababun-Nuzul (sebab turunnya) ayat ini adalah berkaitan dengan permohonan Nabi shallallaahu ’alaihi wasallam kepada Allah ta’ala untuk memintakan ampun ibunya (namun kemudian Allah tidak mengijinkannya) [Lihat Tafsir Ath-Thabari dan Tafsir Ibnu Katsir QS. At-Taubah : 113].

Selain itu, Nabi Muhammad SAW juga tidak mampu mengislamkan Abu Thalib pamannya.
Diriwayatkan dalam Shahih Bukhari, dari Ibnul Musayyab, bahwa bapaknya berkata:
Ketika Abu Thalib akan meninggal dunia, maka datanglah Rasulullah, dan pada saat itu Abdullah bin Abi Umayyah, dan Abu Jahal ada di sisinya, lalu Rasulullah bersabda kepadanya: “Wahai pamanku, ucapkanlah “La Ilaha Illallah” kalimat yang dapat aku jadikan bukti untukmu di hadapan Allah.”
Tetapi Abdullah bin Abi Umayyah dan Abu Jahal berkata kepada Abu Thalib: “Apakah kamu membenci agama Abdul Muthallib?”
 Kemudian Rasulullah mengulangi sabdanya lagi, dan mereka berduapun mengulangi kata-katanya pula, maka ucapan terakhir yang dikatakan oleh Abu Thalib adalah bahwa ia tetap masih berada pada agamanya Abdul Muthalib, dan dia menolak untuk mengucapkan kalimat La Ilaha Illallah.
Kemudian Rasulullah bersabda: “Sungguh akan aku mintakan ampun untukmu pada Allah, selama aku tidak dilarang.”
Lalu Allah menurunkan firmanNya: “Tidak layak bagi seorang Nabi serta orang-orang yang beriman memintakan ampunan (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik.” (QS Al Bara’ah: 113)
Dalam kisah lain pada masa Rasulullah, Abdullah, anak dari Abdullah bin ubay, ketua gembong munafiqin di Madinah yang telah banyak merugikan Rosulullah dan kaum muslimin di sana, dengan usahanya thalabul ilmu dan mengamalkan apa yang didapatkannya, anak pemimpin dari munafiq ini berbeda sifat dengan ayahnya. Riya’, khianat, membenci Rosul dan para sahabatnya, mengadu domba diantara kaum muslimin, melemahkan semangat ketika perang, dan amalan yang berbeda jauh dengan yang dihati, seharusnya amalan itu semua ia miliki. Tetapi Allah berkehendak lain, ia tumbuh dalam kandang srigala berbaju domba, tetapi ia menjadi muslim berpribadi yang taat kepada Allah dan Rosulnya. Ayahnya berusaha menghancurkan islam, tetapi ia berusaha menjaga islam sampai tetes darah penghabisan.
Kalaupun ada yang beranggapan iman dapat diwarisi, seharusnya Nabi Ibrahim mengikuti jejak ayahnya yang membuat patung dan menyembahnya. Anak nabi Nuh ikut dalam kapal bersama orang yang selamat dari banjir bandang. Dan semua orang akan terwarisi iman kepada nenek moyang mereka baik yang selamat maupun yang celaka. Jika keadaan seperti itu, seberapapun usaha manusia mencari iman, akan sia-sia. Yang bapaknya shalih, anaknya tidak akan susah payah untuk mengikuti jejak ayahnya. Yang bapaknya pendosa, anaknya akan bernasib buruk karena terwarisi iman ayahnya. Akhirnya terlihat ada ketidakadilan dalam kehidupan seperti itu. Karena nasib baik dan buruk di akherat tergantung dari iman yang dimiliki setiap hamba.
Saat ini di Indonesia, beberapa ulama, tokoh ataupun pesohor di negeri ini menjadi salah satu bukti bahwa Islam dan iman itu bukan diwarisi dari keturunan/orangtua, menjemput hidayah taufik tidak tergantung siapa orangtuanya.
Salah seorang ustadz ternama Indonesia Ustadz  Felix Siauw adalah ustadz  yang lahir dari keluarga non muslim keturunan etnis tionghoa, beliau menjadi muallaf ketika masih kuliah. Dan sampai sekarang masih aktif mengemban dakwah sebagai seorang ustadz dan penulis buku-buku Islami.
Berbeda dengan pesohor yang satu ini, host Mata Najwa; Najwa Shihab, memicu pertanyaan publik  kenapa ia tidak mengenakan jilbab padahal ia berasal dari keturanan keluarga Arab dan putri dari seorang ulama kondang, ahli tafsir, mantan rektor sekaligus mantan Menteri Agama Republik Indonesia era Soeharto, Prof. Dr. Quraisy Shihab yang wajahnya hingga kini masih sering tampil sejumlah di layar kaca (Tafsir Al Misbah, Metro TV).
Allah Sang Maha Adil dan Maha berkuasa atas segala sesuatu telah menjadikan iman bukan sesuatu yang diwarisi. Ia adalah harga mati yang harus dipertahankan sampai mati. Tak tergantikan dengan sekarung beras. Dan ia takkan tergantikan dengan dunia beserta isinya. Iman hanya bisa diraih bila kita kembali kepada Allah. Dengan iman Allah akan meridhoi dan memasukkan kejannah-Nya.
Marilah kita pertahankan iman ini sampai nyawa kita lepas dari badan dengan mempertahankan ketaatan dan menjauhi segala kemaksiatan. Karena iman terkadang naik dan turun.
Semoga Allah memampukan kita dalam menjaga iman sampai ajal menjemput.
Wallahu a’lam.

Sumber:
www.islampos.com

Kamis, 23 Juni 2016

Cara dan Tanda-Tanda Mendapatkan Malam Lailatul Qadar






                                     Sumber: Google Image

Mau tau bagaimana cara mendapatkan malam lailatul qadar?
Apa saja tanda-tanda dari turunnya malam lailatul qadar?
Dinamakan lailatul qadar karena pada malam itu malaikat diperintahkan oleh Allah swt untuk menuliskan ketetapan tentang kebaikan, rezeki dan keberkahan di tahun ini’ Lailatul Qadar itu terjadi dari waktu malam dimulai dari tenggelamnya matahari hingga terbit fajar shubuh. Lailatul qadar adalah malam kesejahteraan dan kebaikan seluruhnya tanpa ada keburukan hingga terbit fajar, pada malam itu pula para malaikat turun dari setiap langit dan dari sidrotul muntaha ke bumi dan mengaminkan doa-doa yang diucapkan manusia hingga terbit fajar. Para malaikat dan Jibril as turun dengan membawa rahmat atas perintah Allah swt juga membawa setiap urusan yang telah ditentukan dan ditetapkan Allah di tahun itu hingga yang akan datang.
Allah SWT berfirman:
Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Rabbnya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. Al-Qadr: 3-5)
Cara menghidupkan lailatul qadar adalah dengan menghidupkan mayoritas malam dengan ibadah dan tidak mesti seluruh malam. Ada ulama yang mengatakan bahwa menghidupkannya bisa hanya sesaat.
 Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ شَهِدَ الْعِشَاءَ فِى جَمَاعَةٍ كَانَ لَهُ قِيَامُ نِصْفِ لَيْلَةٍ وَمَنْ صَلَّى الْعِشَاءَ وَالْفَجْرَ فِى جَمَاعَةٍ كَانَ لَهُ كَقِيَامِ لَيْلَةٍ

Siapa yang menghadiri shalat ‘Isya berjamaah, maka baginya pahala shalat separuh malam. Siapa yang melaksanakan shalat ‘Isya dan Shubuh berjamaah, maka baginya pahala shalat semalam penuh.” (HR. Muslim no. 656 dan Tirmidzi no. 221).


Amalan pada Malam Lailatul Qadar

Menghidupkan malam lailatul qadar pun bukan hanya dengan shalat, bisa pula dengan dzikir dan tilawah Al Qur’an. Namun amalan shalat lebih utama dari amalan lainnya di malam lailatul qadar berdasarkan riwayat hadits:
Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, makadosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 1901)
Menghidupkan malam lailatul qadar  bukan hanya dengan shalat, bisa pula dengan:
    1)    Perbanyak shalat sunnah
    2)    Perbanyak do’a: Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu’anni.
    Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha-, ia berkata, “Aku pernah bertanya        pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu jika saja ada suatu hari yang aku tahu bahwa  malam tersebut adalah lailatul qadar, lantas apa do’a yang mesti kuucapkan?” Jawab    Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Berdoalah: Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa  fa’fu’anni (Ya Allah, Engkau Maha  Pemaaf dan Engkau mencintai orang yang meminta  maaf, karenanya maafkanlah aku).”  (HR. Tirmidzi no. 3513 dan Ibnu Majah no. 3850. Abu ‘Isa At-Tirmidzi mengatakan bahwa hadits  ini hasan shahih. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan  bahwa hadits ini shahih).
3) Perbanyak tilawah Al-Qur’an 
4) Perbanyak dzikir
5) Perbanyak amal-amal shaleh lainnya

Tanda-Tanda Turunnya Malam Lailatul Qadar
Seorang muslim tidak perlu memaksakan diri mencari-cari tanda-tanda malam lailatul qadar atau melihatnya. Hendaknya fokus pada 10 malam terakhir untuk beribadah. Hikmah dirahasiakan kapan malam tersebut agar terlihat siapa dari mereka yang memang bersungguh-sungguh mencari keutamaan malam lailatul qadar. Namun sebagian orang bisa merasakan dan melihat malam lailatul qadar.
Diantara tanda-tanda datangnya malam lailatul qadar adalah sebagai berikut:
1) Ada rasa ketenangan dan kelezatan dalam beribadah karena para malaikat Jibril ‘alaihissalam malaikat turun pada malam tersebut. Allah Ta’ala berfirman,
                                                   تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا
Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril” (QS. Al Qadar: 4).
2) Sabda Rasulullah saw, ”Lailatul qadar adalah malam yang cerah, tidak panas dan tidak dingin, matahari pada hari itu bersinar kemerahan lemah.” Diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah yang dishahihkan oleh Al Bani.
3) Sabda Rasulullah saw, ”Sesungguhnya aku diperlihatkan lailatul qadar lalu aku dilupakan, ia ada di sepuluh malam terakhir. Malam itu cerah, tidak panas dan tidak dingin bagaikan bulan menyingkap bintang-bintang. Tidaklah keluar setannya hingga terbit fajarnya.” (HR. Ibnu Hibban)
4) Rasulullah saw bersabda, ”Sesungguhnya para malaikat pada malam itu lebih banyak turun   ke bumi daripada jumlah pepasiran.” (HR. Ibnu Khuzaimah yang sanadnya dihasankan oleh Al Bani)
5) Rasulullah saw berabda, ”Tandanya adalah matahari terbit pada pagi harinya cerah tanpa sinar.” (HR. Muslim)
Ibnu Katsir rahimahullah menafsirkan, “Banyak malaikat yang akan turun pada Lailatul Qadar karena banyaknya berkah pada malam tersebut. Karena sekali lagi, turunnya malaikat menandakan turunnya berkah dan rahmat.
Malam lailatul qadar terkadang bisa dilihat dan dirasakan. Pertanyaan berikut diajukan kepada syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah, “apakah lailatul qadar bisa dilihat oleh mata manusia? Karena sebagian orang mengatakan jika mampu manusia melihat lailatul qadar maka ia akan melihat cahaya di langit. Bagaimana Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat melihatnya? Bagaimana seseorang bisa tahu bahwa ia melihat malam lailatul qadar? Apakah ia tetap mendapat pahala jika pada malam itu ia tidak melihatnya? Kami memohon penjelasan bersama dalilnya”.
Beliau menjawab, “malam lailatul qadar bisa dilihat dengan mata bagi mereka yang mendapat taufik dari Allah Subhanahu, dengan melihat tanda-tandanya. Para sahabat radhiallahu ‘anhum melihat dengan tanda-tandanya. Akan tetapi tidak melihatnya tidak menjadi penghalang mendapatkan pahala bagi mereka yang beribadah karena beriman dan mengharap pahala.
Terkait dengan berbagai tanda-tanda Lailatul qadar yang disebutkan beberapa hadits, Syeikh Yusuf al Qaradhawi mengatakan, ”Semua tanda tersebut tidak dapat memberikan keyakinan tentangnya dan tidak dapat memberikan keyakinan yakni bila tanda-tanda itu tidak ada berarti Lailatul Qadar tidak terjadi malam itu, karena lailatul qadar terjadi di negeri-negeri yang iklim, musim, dan cuacanya berbeda-beda. Bisa jadi ada diantara negeri-negeri muslim dengan keadaan yang tak pernah putus-putusnya turun hujan, padahal penduduk di daerah lain justru melaksanakan shalat istisqo’. Negeri-negeri itu berbeda dalam hal panas dan dingin, muncul dan tenggelamnya matahari, juga kuat dan lemahnya sinarnya. Karena itu sangat tidak mungkin bila tanda-tanda itu sama di seluruh belahan bumi ini. (Fiqih Puasa hal 177 – 178)
Lailatul qadar merupakan rahasia Allah swt. Untuk itu dianjurkan agar setiap muslim mencarinya di sepuluh malam terakhir, sebagaimana sabda Rasulullah saw, ”Carilah dia (lailatul qodr) pada sepuluh malam terakhir di malam-malam ganjil.” (HR. Bukhori Muslim).
Dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah saw bersabda, ”Carilah ia di sepuluh malam terakhir. Jika salah seorang kalian lemah atau tdak mampu maka janganlah ia dikalahkan di tujuh malam terakhir.” (HR. Muslim, Ahmad dan Ath Thayalisi)
Malam-malam ganjil yang dimaksud dalam hadits diatas adalah malam ke- 21, 23, 25, 27 dan 29. Bila masuknya Ramadhan berbeda-beda dari berbagai negara sebagaimana sering kita saksikan maka malam-malam ganjil di beberapa negara menjadi melam-malam genap di sebagian negara lainnya sehingga untuk lebih berhati-hati maka carilah lailatul qadar di setiap malam pada sepuluh malam terakhir. Begitu pula dengan daerah-daerah yang hanya berbeda jamnya saja maka ia pun tidak akan terlewatkan dari lailatul qadar karena lailatul qadar ini bersifat umum mengenai semua negeri dan terjadi sepanjang malam hingga terbit fajar di setiap negeri-negeri itu.
Karena tidak ada yang mengetahui kapan jatuhnya lailatul qadar itu kecuali Allah swt maka cara yang terbaik untuk menggapainya adalah beri’tikaf di sepuluh malam terakhir sebagaimana pernah dilakukan oleh Rasulullah saw dan para sahabatnya. Dianjurkan pula bagi setiap yang menginginkan lailatul qadar agar menghidupkan malam itu dengan berbagai ibadah, seperti : shalat malam, tilawah Al Qur’an, dzikir, doa dan amal-amal shaleh lainnya. Dan orang yang menghidupkan malam itu dengan amal-amal ibadah akan merasakan ketenangan hati, kelapangan dada dan kelezatan dalam ibadahnya itu karena semua itu dilakukan dengan penuh keimanan dan mengharapkan ridho Allah swt.
Wallahu A’lam
Semoga Bermanfaat !

Sumber:



Senin, 20 Juni 2016

Hakikat Mencintai Karena Allah



Membangun konsep cinta suci sepertinya hanya akan terlihat indah secara teori saja. Namun, dalam actionnya tidaklah mudah jika tidak diimbangi dengan tingkat keimanan dan keyakinan yang tinggi tentang konsep Allah, janji Allah, dan pertolongan Allah.
Risalah Cinta suci, mencintai hanya karena Allah adalah konsep cinta terhadap sesama dengan capaian level cinta yang sangat berbobot.

Dalam sebuah kisah, suatu hal yang luar biasa dimana seorang muslimah dengan penuh keyakinan mau menerima dan mencintai calon pasangan hidupnya dengan tingkat pendidikan, status pekerjaan, dan tingkat penghasilan jauh di bawahnya. Seorang muslimah perawan, mantan dosen, pengajar berpendidikan magister lulusan luar negeri, memiliki kemampuan intelektual tinggi dan mendapat berbagai penghargaan akademik bergengsi. Mau menerima, penuh keyakinan dan bahkan menyukai calon suaminya yang seorang duda, lulusan SMA, dengan pekerjaan sebagai penjual krupuk keliling yang baru saja dikenalnya. Dengan dasar pertimbangan utamanya adalah karena ketaqwa'annya. 

Dalam kisah ini, hikmah yang dapat dipetik adalah tentang tujuan dalam berumahtangga adalah semata-mata hanya mengharap ridho Allah. Dan pertimbangan utama adalah keyakinan yang kuat bila seseorang bertaqwa maka Allah pasti akan memberi akibat yang baik. Jika calon suami belum mampu maka Allah yang nantinya akan memampukan dan membahagiakan.

Ya.. begitulah jika seseorang mampu membangun konsep cinta suci yang dibarengi dengan keimanan, keyakinan yang kuat akan akan adanya konsep Allah, janji Allah dan pertolongan Allah maka mencintai karena Allah tidaklah akan menjadi konsep saja tapi Insya Allah, Allah lah yang akan menuntun hati kita agar yakin, ikhlas dan dimudahkan juga untuk mewujudkan cinta itu menjadi kenyataan.


Semoga bermanfaat !

Sabtu, 04 Juni 2016

Program Beasiswa Magister dan Doktor

Program Beasiswa Magister dan Doktor merupakan program beasiswa di dalam negeri maupun luar negeri yang bertujuan menyiapkan pemimpin bangsa dan profesional untuk menjadi lokomotif kemajuan Indonesia.
Diperuntukkan bagi putra-putri terbaik bangsa Indonesia, beasiswa ini difokuskan pada 6 (enam) bidang keilmuan yang menjadi prioritas Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) untuk mendukung program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi (MP3EI), meliputi teknik, sains, pertanian, akuntansi/ keuangan, hukum dan agama.
A. Persyaratan Khusus
1) Telah menyelesaikan dan memperoleh gelar akademik:
    a. Sarjana / Sarjana Terapan untuk pelamar program Magister
    b.Magister untuk pelamar program Doktor
2) Usia maksimum bagi pelamar beasiswa pada saat penutupan pendaftaran adalah:
    a. 35 (tiga puluh lima) tahun untuk program Magister
    b. 40 (empat puluh) tahun untuk program Doktor
3) Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) minimum adalah:
   a. 3,00, pada skala 4, untuk lulusan Sarjana yang akan studi Magister
   b. 3,25, pada skala 4, untuk lulusan Magister yang akan studi Doktor
4) Kemampuan penguasaan bahasa asing:
    a. TOEFL ITP minimal 500 untuk studi pada program Magister/Doktor di perguruan tinggi dalam   negeri.
    b. TOEFL PBT minimal 550 atau yang setara untuk studi pada program Magister/Doktor di   perguruan tinggi luar negeri dan/atau telah memiliki Letter of Acceptance (LOA).
    c. Untuk pelamar yang memilih program studi Magister atau Doktor luar negeri yang tidak            menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar akademiknya, dapat menyesuaikan dengan persyaratan kemampuan berbahasa asing yang berlaku di perguruan tinggi tersebut.
5) Memahami dan menyetujui persyaratan dan ketentuan beasiswa sebagai berikut:
    a. menyelesaikan studi maksimal dalam 2 (dua) tahun untuk program Magister, sesuai masa
        studi yang berlaku;
   b. menyelesaikan studi maksimal dalam 4 (empat) tahun untuk program Doktor, sesuai masa
       studi yang berlaku.

Sumber:
www.lpdp.depkeu.go.id

Jumat, 03 Juni 2016

Dahsyatnya Keajaiban Sholat Berjamaah di Awal Waktu





Sholat adalah kewajiban bagi setiap muslim yang telah baligh. Ada 2 macam cara melaksanakan sholat baik sholat sunnah dan wajib yaitu shalat sendirian (munfarid) atau berjamaah. Masing-masing memiliki keajaiban di dalamnya. Khususnya shalat berjamaah memiliki keutamaan yang lebih dibanding shalat sendiri. Apalagi jika kita bisa konsisten melaksanakan shalat berjamaah di masjid di awal waktu dan bahkan jika kita sungguh-sungguh melaksanakannya ikhlas karena Allah maka akan kita dapati banyak keajaiban luar biasa yang dapat merubah hidup menjadi lebih baik. Salah satu bukti keajaiban tersebut adalah salah satu kisah nyata penuh ibrah yang akan disampaikan dalam penjelasan tulisan ini. Diantara keajaiban dan keutamaan sholat berjamaah di awal waktu adalah sebagai berikut.
1)      Shalat berjamaah memiliki keutamaan mendapatkan pahala 27 derajat lebih banyak dibanding shalat sendirian.
2)      Orang yang melakukan shalat berjamaah akan mendapat ampunan dosa dari setiap langkahnya menuju masjid.
3)      Orang yang menjaga shalat berjamaah selama 40 hari hingga tidak pernah tertinggal dari takbiratul ihram imam, maka dia akan mendapat penjagaan dari Allah dari melakukan  kemunafikan sehingga di akhirat kelak akan terbebas dari siksa neraka.
Rasulullah bersabda:
“Barangsiapa yang shalat karena Allah selama 40 hari secara berjama’ah dengan mendapatkan takbiratul pertama (takbiratul ihramnya imam), maka ditulis untuknya dua kebebasan yaitu kebebasan dari api neraka dan kebebasan dari sifat kemunafikan.” (HR. Tirmidzi, dihasankan di kitab Shahih Al Jami’ II/ 10894)
4)      Orang yang melaksanakan sholat isya’ secara berjamah maka ia seperti sholat malam separoh malam dan  yang melaksanakan sholat subuh berjamaah maka ia seperti sholat malam satu malam penuh.
5)      Sholat berjamaah menunjukkan kuatnya agama atau keimanan seseorang. Dari itu diharapkan sebagai seorang muslim penuh semangat untuk melaksanakan shalat dengan cara berjamaah.
6)      Keutamaan sholat subuh berjamaah dijadikan sebagai suatu syahadah (kesaksian, bukti) dari Allah, khususnya bagi orang yang konsisten menjaganya. Karena, sholat Subuh disaksikan oleh para malaikat yang mulia, selain para malaikat yang turut menyaksikan sholat sholat lainnya , yaitu sholat Subuh dan Ashar.
7)      Shalat berjamaah dapat menguatkan rasa persaudaraan sesama muslim.
8)      Dengan menjaga sholat wajib berjamaah awal waktu, apalagi dilakukan di masjid ternyata dapat mendatangkan keajaiban berupa keberkahan luar biasa yang tidak pernah terbayang sebelumnya.
Dibuktikan dengan kisah nyata dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya kisah seorang tukang becak yang konsisten lebih memilih menjaga sholat berjamaah awal waktu di masjid tanpa takut kehilangan uang dari kesempatan narik becak. Akhirnya mendapat berkah luar biasa yang tak disangka dari seorang Ibu Pengusaha yang menangis karena merasa tersadarkan oleh ketakwaan dan keyakinan beliau yang lebih memilih shalat berjamaah awal waktu di masjid ketimbang melanjutkan narik becak yang ditumpangi ibu tersebut. Bahkan rela tidak dibayar asal bisa shalat jamaah awal waktu di masjid. Dari sini, sang ibu pengusaha dan suaminya yang juga pengusaha sadar akan tingkat ketakwaan dan keyakinan akan janji Allah tidaklah setinggi Bapak tukang becak. Pada akhirnya Ibu pengusaha menghadiahkan kepada Bapak tukang becak uang 1 juta sebagai ongkos narik becak dan juga menghadiahi ibadah haji gratis. Sedang suami Ibu pengusaha menghadiahinya mobil angkot untuk pekerjaannya.
        Subhanallah, itu adalah kisah nyata penuh hikmah yang betul terjadi. Harapannya agar menjadikan kisah tersebut sebagai inspirasi dan semakin yakin dengan janji Allah. Dengan mengetahui keajaiban dan keutamaan shalat berjamaah diawal waktu, semoga bisa menjadikan kita lebih bersemangat untuk berusaha konsisten melaksanakan shalat wajib 5 waktu berjamaah di awal waktu dan lebih bagus lagi dapat melakukannya di masjid.

Semoga bermanfaat !

Sumber:

Minggu, 29 Mei 2016

4 Persiapan Menyambut Datangnya Bulan Suci Ramadhan

 
 



“Ya Allah berkatilah kami pada bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikanlah kami ke bulan Ramadhan” (HR. Ahmad & At-Tabrani)
Alhamdulillah, syukur kita kepada Allah atas nikat iman, islam dan sehat yang diberikan. Tidak terasa bulan suci, bulan magfirah, bulan penuh rahmat, bulan diturunkannya Al-Qur’an, bulan yang didalamnya terdapat lailatul qadr yang dinanti-nanti sudah dihadapan mata.
Sebagai umat Islam sudah seharusnya kita memperkuat ikhtiar persiapan diri dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadhan atau yang biasa kita kenal dengan istilah tarhib Ramadhan.
Di lingkungan kita, pada saat menjelang bulan Ramadhan, terdapat tradisi unik untuk mengungkapkan kebahagiaan luar biasa. Apapun kegiatannya, yang jelas itu semua adalan bentuk ungkapan kegembiraan menyambut Ramadhan. Jika kita bisa bergembira menyambut Ramadhan, maka seharusnya kita bisa lebih bergembira dan semangat lagi kalau Ramadhan tersebut telah datang.

Lalu, persiapan apa saja yang perlu dipersiapkan untuk menyambutnya?

1)  Persiapan Ruhiyah. 
    Rasulullah memberikan contoh kepada kita untuk senantiasa mempersiapkan diri untuk menyambut Ramadhan alias tarhib Ramadhan. Beliau melakukan tarhib Ramadhan jauh-jauh hari sebelum datangnya Ramadhan. Pada bulan Sya’ban, Rasulullah saw pun semakin meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadahnya. Beliau saw, misalnya, tidak pernah melakukan puasa sunah sebanyak yang dilakukan di bulan Sya’ban.
Ibadah lain juga harus dipersiapkan seperti perbanyak tilawah, qiamullail, shalat fardhu bejamaah di masjid, al-ma’tsurat pagi dan petang. Hal ini dimaksudkan agar sejak bulan Sya’ban kadar keimanan kita sudah meningkat. Boleh dikiaskan, bulan Rajab dan Sya’ban adalah masa warming up sehingga ketika memasuki Ramadhan kita sudah bisa menjalani ibadah shaum dan sebagainya itu sudah menjadi hal yang biasa.
Orang sadar maupun yang tersadarkan memahami bahwa mempersiapkan keimanan itu bukan hanya pada bulan Sya’ban ini saja. Tetapi dipersiapkan disetiap hari, namun pada momentum ini diharapkan untuk meningkatkan persiapannya. Bulan Sya’ban ini juga bisa dikatakan sebagai bulan batu loncatan untuk optimalisasi ibadah di bulan Ramadhan nanti.
2) Persiapan Jasadiyah. 
    Untuk memasuki Ramadhan kita memerlukan fisik yang lebih prima dari biasanya. Sebab, jika fisik lemah, bisa-bisa kemuliaan yang dilimpahkan Allah pada bulan Ramadhan tidak dapat kita raih secara optimal. Maka, sejak bulan sya’ban ini mari persiapkan fisik seperti olah raga teratur, membersihkan rumah, makan-makanan yang sehat dan bergizi dan istirahat yang cukup.
3) Persiapan Maliyah. 
    Persiapan harta ini bukan untuk membeli keperluan buka puasa atau hidangan lebaran sebagaimana tradisi kita selama ini. Mempersiapkan harta adalah untuk melipatgandakan sedekah, karena Ramadhanpun merupakan bulan memperbanyak sedekah. Pahala bersedekah pada bulan ini berlipat ganda dibandingkan bulan-bulan biasa.
4) Persiapan Fikriyah. 
   Agar ibadah Ramadhan bisa optimal, diperlukan bekal ilmu dan wawasan yang benar tentang Ramadhan. Mu’adz bin Jabal r.a berkata: “Hendaklah kalian memperhatikan ilmu, karena mencari ilmu karena Allah adalah ibadah”. Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah mengomentari atsar diatas, ”Orang yang berilmu mengetahui tingkatan-tingkatan ibadah, perusak-perusak amal, dan hal-hal yang menyempurnakannya dan apa-apa yang menguranginya”.
Mempelajari kembali ilmu yang berkaitan dengan ibadah puasa, setidaknya mencakup empat ilmu: 
1. Fadha`ilu Ash-Shiyaam (keutamaan puasa), agar kita memiliki motivasi yang kuat dalam menunaikan ibadah puasa. 
2. Hikamu Ash-Shiyaam (hikmah puasa), agar kita mengerti maksud Allah dalam mensyariatkan ibadah puasa. 
3. Ahkaamu Ash-Shiyaam (hukum-hukum puasa), agar kita faham sah atau tidaknya ibadah puasa kita. 
4. Aadaabu Ash-Shiyaam (etika puasa), agar pahala puasa kita tidak hilang atau berkurang, dan agar kita semakin dapat memaksimalkan raihan pahala di bulan Ramadhan.

Oleh karena itu, ketika orang mau beramal tentulah harus mempunyai ilmu, jika tidak bisa-bisa akan menjadi banyak kerusakan. Cara untuk mempersiapkan ini antara lain dengan membaca berbagai bahan rujukan dan menghadiri majelis ilmu tentang Ramadhan. Kegiatan ini berguna untuk mengarahkan kita agar beribadah sesuai tuntutan Rasulullah SAW, selama Ramadhan. Menghafal ayat-ayat dan doa-doa yang berkait dengan berbagai jenis ibadah, atau menguasai berbagai masalah dalam fiqh puasa juga penting untuk dipersiapkan
Semoga persiapan kita mengantarkan ibadah shaum dan berbagai ibadah lainnya, sebagai yang terbaik dalam sejarah Ramadhan yang pernah kita lalui. 

Demikian tips persiapan untuk menyambut bulan ramadhan, semoga bermanfaat.
Wallahu a’lam bishawab..

Sumber: